Rabu, 13 Oktober 2010

Selamanya Denganmu

Selamanya Denganmu♥♥♥Aku menatapnya gak percaya. Dua tiket kapal laut berada di tangannya. Semula aku hanya meminta tolong untuk dibelikan satu tiket saja.“Kamu yakin ikut ke Jakarta?” tanyaku tak percaya.“Iya, sayang.. aku ikut. Kebetulan kakak sepupuku menawari pekerjaan di Jakarta”. Dia memelukku dan berbisik,” Akhirnya kita bisa bersama lagi ya, sayang…”♥♥♥          Bapak wali kelas ku memanggilku ke ruangannya. Kebetulan hari ini pengumuman siswa yang lolos masuk D3 IPB datang. Aku berpikir sambil berjalan ke ruangan guru. “Bagaimana dia jika aku lolos?”. Pertanyaan itu terus berada di kepalaku. Ya gimana jika aku ternyata lolos masuk IPB. Hubungan jarak jauh sudah di depan mata. Ah, aku gak yakin mampu menjalani long distance. Saat itu adalah detik-detik dimana aku harus merelakan cintaku berakhir demi mencari masa depanku di kota lain. “Cyntia, selamat yaa.. Kamu lolos masuk D3 IPB Jurusan Komunikasi”.Aku kaget dan terdiam.“Kamu gak senang ya mendengar berita ini?” Tanya bapak wali kelasku. Ia heran melihatku tidak meresponnya. Senyum pun tidak.“ee… seneng koq, Pak!” jawabku terbata-bata.“Makasih ya, Pak. Permisi”. Aku pun meninggalkan ruangannya.Aku kembali ke kelasku. Teman-temanku di XII IPA Unggulan menungguku .“Cyn, gimana? Lolos gak?”, Riris, teman sebangkuku bertanya kepadaku. Aku menganggukan kepala. “Selamat ya, Cyn…” Riris memelukku dan memberiku selamat. Teman-temanku yang lain menyalami dan mencium pipi kiri dan kananku. Mereka bahagia karena akhirnya aku diterima sebagai salah satu calon mahasiswi di universitas bergengsi itu.‘Bagaimana ini? Apa aku harus merelakan cinta ini pergi?’ hati kecilku menjerit mencari jawabanya.Sesampainya di rumah, aku menyendiri di kamar. Senang dan sedih jadi satu. Ya, senang akhirnya apa yang selama ini aku inginkan terkabulkan. Aku akan bertemu orangtuaku lagi di Jakarta setelah 3 tahun kami berpisah karena paman dan bibiku meminta aku tinggal bersama mereka di Medan. Tapi aku sedih menghadapi kenyataan bahwa aku harus berjauhan dengan seseorang yang mencintaiku.Aku meraih handphone-ku dan mulai mengetik sebuah pesan singkat.“Yang, aku lolos ke IPB.”Lima menit. Sepuluh menit. Satu jam. Tiga jam. Aku menunggu balasan pesan dari seberang. Gak ada balasan pesan singkat yang kukirim kepadanya.♥♥♥Tiga tahu lalu saat aku masih duduk di bangku kelas dua SMA, aku berkenalan dengan Sam. Malam itu aku diajak Uli, tetanggaku, pergi ke salah satu studio musik di Medan. Kebetulan pacar Uli adalah vokalis ‘Jet a’ime’, salah satu band di kota Medan, dan mereka sedang latihan di studio malam itu. Awalnya aku gak niat ikut tapi karena Uli memaksa, aku pun menemaninya.            Di studio itu, lima personil ‘Jet’aime band’ sedang check sound. Uli menyapa mereka. Aku hanya diam. Uli ingat ada aku di sana.            “Oh iya, kenalin… ni Cyntia, sahabat aku..”, Uli mengenalkan aku ke semua personil “Jet’aime band” itu.             “Cyntia…’, kataku singkat sambil tersenyum menyalami mereka satu persatu.            Aku memandangi drummer itu. Ahh, mengapa tiba-tiba aku senang melihatnya memukul-mukul drum itu. Gayanya yang santai dan lincah memainkan drum membuatku terpana.            ‘Oh, my God… Apaan sih aku ini. Apa ini yang namanya love at the first sight??’, aku bertanya dalam hati.            Ternyata cintaku gak bertepuk sebelah tangan. Gak berapa lama setelah hari itu, Sam menyatakan cintanya kepadaku. Ahhh, senangnya. Akhirnya aku memiliki Sam.♥♥♥Tak terasa Ujian Akhir Nasional telah berakhir begitu juga dengan Ujian Akhir Sekolah. Urusan sekolahku semuanya sudah beres. Keberangkatanku ke Jakarta tinggal menghitung hari.             Satu minggu lagi aku akan meninggalkan Kota Medan. Banyak kenangan indah bersama dirinya di kota ini. Aku gak sanggup meninggalkan semua kenangan itu. Hatiku terasa berat melepas dirinya dan cintanya. Tak terasa air mataku jatuh. Kenangan selama dua tahun terlalu banyak untuk dibuang. Suka dan duka kami lalui bersama. Kini, aku dihadapkan oleh lembaran hidup baru di tempat dimana gak ada Sam yang menemani hari-hariku.‘Apa yang harus aku lakukan sekarang?’‘Aku gak sanggup mengakhiri semua ini’‘Aku mau dirinya selalu ada untukku’‘Tapi…’‘Ah, sudahlah! Aku lelah… Aku gak mau maksakin dirinya..”♥♥♥Aku mengenakan baju pemberiannya dan mengambil tasku. Hari ini aku ingin jalan dengan Sam. Nge-date terakhir bersamanya. Esok hari aku harus meninggalkan kota ini dan dirinya. Aku gak mau menyia-nyiakan kesempatan terakhir ini.Gak lama kemudian kami tiba di salah satu mal di Kota Medan. Rencananya kami ingin menonton film di bioskop. Ahh, gak kuat rasanya menerima kenyataan bahwa ini yang terakhir. Saat-saat menyenangkan bersamanya seperti ini ingin rasanya ku bawa serta kemanapun aku pergi.“Yang, mau nonton apa nih?” tanya Sam kepadaku.  Aku terhenyak dari lamunanku.“Summer Breze aja, yang..”, jawabku singkat.Setelah menonton, kami  pergi ke tempat favorit kami berdua. Tempatnya cukup romantis. Dikelilingi lampu-lampu bercahaya soft yang menambah kesan tenang dan nyaman. Fountine, kedai es krim kesukaan kami berdua.“Yang, kalo aku udah di Bogor, kamu tetep ingat aku gak?” tanyaku sambil menyantap Ice cream vanilla with avocado kesukaanku.“Gak lah… aku pasti lupa sama kamu…”Wajahku langsung memerah. Ya ampun, mengapa dia berkata begitu kepadaku. Apakah dia terlalu kecewa menerima keputusanku ini. Ah, saat ini adalah saat tersulit dalam hidupku. Orang yang mencintaiku kini membenciku bahkan tidak mau mengingatku lagi. Dia menatapku yang terdiam terpaku. “Hahaha… koq cemberut gitu sih, yang? Aku cuma becanda kali..” . Dia mencoba membuatku tersenyum lagi.“Yang, maafin aku yah.. Sebenernya aku bingung mikirin hubungan kita.. Menurut kamu baiknya gimana, yang?”, Aku mencoba meminta pendapatnya.“Ya, mau gimana lagi, yang? Aku kan gak bisa nahan kamu untuk gak pergi. Ini semua kan untuk masa depan kamu juga..”, jawabnya.“Tapi, gimana hubungan kita, yang? Aku bener-bener gak tau lagi harus gimana. Aku gak mau nyakitin hati kamu. Aku gak mau ninggalin kamu tanpa persetujuan dari kamu, yang…”, Aku berkata terbata-bata.            Dia mendekapku dan mengelus rambutku. Aku memeluknya.  Air mataku jatuh ke pipi. “  Ya Tuhan, Jika ini memang kehendak-Mu, tolong beri aku kekuatan untuk jauh darinya…”, Aku berbisik dalam hati.“Yang… sebenernya aku mau ngomong sesuatu sama kamu..”, Dia berkata sambil terus mengelus rambutku. Aku tersentak.            ‘Jangan. Jangan katakan kita harus mengakhiri semua ini. Aku sungguh tak menginginkannya. Aku mohon jangan katakan…’, aku menangis. Dia lalu mengangkat daguku. Mengusap air mataku.            “Sebenernya…. Aku mau bilang kita bakal…”            Aku menunduk. Aku tak sanggup menatapnya lagi. Aku takut kehilangan dirinya. Aku masih ingin memilikinya.            “Yang, denger aku dulu donk, jangan nangis terus kaya gini”, dia mencoba mengangkat daguku lagi.            “Sebenernya, aku mau bilang kita bakal bareng ke Jakarta..”            Aku menatapnya tak percaya. Gak, ini gak mungkin. Aku pasti salah denger. Cuma salah denger.            “Iya yang, besok kita bareng ke Jakarta…”, dia mengulangi kata-katanya.            Dia merogoh kantong celananya dan mengeluarkan dua tiket kapal laut.            “Ini tiket kita berdua. Kamu tenang aja, aku bukan kabur dari rumah. Aku udah cari informasi di Jakarta dan ternyata kakak sepupuku bilang ada kerjaan untukku di Jakarta”, dia menjelaskan dengan begitu semangat.            Aku tercengang mendengar semua itu. Aku gak nyangka dia udah mempersiapkan segalanya. Bahkan dia berusaha meyakinkan kedua orangtuanya kalo dia mampu bertahan di perantauan.            “Yang, aku begini karena aku gak mau kehilangan kamu.. Aku cinta banget sama kamu yang, aku gak bisa jauh dari kamu..”.Perasaanku senang bercampur haru. Pengorbanan yang sangat besar buatku. Aku bahagia ternyata Tuhan masih memperkenankan kami bersama lagi.♥♥♥12 Juni 2008Senyum menghiasi wajahku ketika aku melangkahkan kakiku menuju pelabuhan Belawan Medan. Aku gak nyangka semua ini terjadi. Semula ku berpikir aku akan ninggalin Medan dengan perasaan berat. Tapi ternyata aku bahagia. Aku bisa melanjutkan hubunganku dengan Sam di Jakarta nanti.            “Yang, kamu udah dimana? Aku udah di pelabuhan nih..” sebuah pesan singkat dari Sam terpampang di layar ponselku.            Setelah berpamitan dengan bibi dan pamanku, aku pun langsung menuju pelabuhan dengan taksi. Sesampai di pelabuhan, aku melihat dia dan keluarganya sedang menunggu kedatanganku.            “Syalom, Pak, Bu…”, aku menyapa kedua orangtua Sam.            “Hai, sayang…”, Dia menghampiriku.            “Ma, Pa.. kenalin ini Cyntia”. Aku kemudian menyalami kedua orang tuanya.            “Oh, ini yang namanya Cyntia…”, Ibunya tersenyum kepadaku.            “Selamat ya, nak udah masuk di IPB”, ayahnya berkata ketika aku menyalamnya.            “Pak, Bu.. Maafin saya ya.. Saya gak ada maksud memaksa Sam ikut saya ke Jakarta”, Aku berkata sambil menunduk. Aku merasa menjadi biang keladi Sam berpisah dengan keluarganya.            Kedua orangtuanya tersenyum dan menatapku.            “Gak koq, kamu gak salah… Itu udah kemauan Sam sendiri. Kami hanya bisa mendoakan kalian agar sukses nantinya. Memang semula ayahnya tidak mengijinkan Sam pergi. Tapi karena Sam berusaha meyakinkan kami, akhirnya ayahnya memberi ijin..”, Ibunya menjelaskan.            ‘Oh, Tuhan… Semoga Sam tidak salah langkah. Aku mohon bantu dia untuk membuktikan ia mampu membanggakan orangtuanya.‘, aku berbisik dalam hati.            “Ma, Pa… Sam pamit, ya! Doain Sam biar berhasil di Jakarta..” Sam memeluk ibunya.            Setelah kami bertiga berpamitan dengan kedua orang tua Sam, kami memasuki kapal laut yang akan kami tumpangi. Airmata ibu dan ayahnya mengiringi keberangkatan kami. Kapal laut yang kami tumpangi sudah dipadati penumpang. Kami berdua berdiri di sisi kapal yang menghadap darmaga pelabuhan. Di seberang sana kedua orangtua Sam berdiri sambil melambai-lambaikan tangan mereka. Masih terlihat ibunya sesekali menghapus airmata di pipinya. Ku lihat Sam disampingku juga menitikkan airmata. Baru kali ini dia berpisah dengan orangtuanya. Saat itu Aku melihat betapa besar cintanya kepadaku. Ia rela meninggalkan keluarganya untuk orang yang ia cintai. “Ah, sungguh beruntungnya diriku”, aku bergumam dalam hati.            “Yang… makasih ya kamu udah ngambil keputusan kaya gini.. aku gak tau harus gimana ngebalas semuanya.. Aku janji, aku gak akan ninggalin kamu…”, aku berkata kepadanya setelah kapal kami menjauh dari darmaga.            “Iya, sayang… Aku juga janji gak ninggalin kamu. Kita janji selalu sama-sama ya!”.            Aku mengangguk. Sam memelukku.Hari ini hari yang sangat indah bagiku. Hari dimana aku menyaksikan kesetiaan cinta. Hari dimana aku mendapatkan cinta yang sebenarnya dalam hidupku. Hari yang tak bisa aku lupakan, 12 Juni 2008, di Kapal KM Kelud ini kami berjanji akan setia bersama, selamanya.♥♥♥Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar